Cute Ghost Boo it's always raining in my world: 2011


Friday, December 16, 2011

Wednesday, November 23, 2011

Bali. A moment. A story.

Je pense trop. Je dois arrêter.

Regarde bien! C'est ma nouvelle lunette. Franchement, c'est pas cher, tu sais.

Friday, November 18, 2011

Destiny, Eternity.

People come and go, who believes in Eternity and Destiny? Keabadian dan Takdir, ketika dua orang bertemu dalam jangka waktu yang pendek, berpisah, lalu bertanya-tanya dalam hati apakah takdir akan memperbolehkan mereka berpapasan lagi. Maybe tomorrow, maybe two months later, maybe six years later, maybe when they almost die, or maybe in afterlife.

I rarely have companies. It makes me both happy and miserable. Saya tidak suka berbagi, namun di sisi lain, saya menjadi cenderung susah melepaskan seseorang.. There's some people I've just met and now I don't know where they are and I really want to meet them again like hell. Nggak cuma mereka. There's bunch of people I really hope to meet again.

And I'm all like, 'Please God I'll do anything I don't wanna lose them please I wanna see them again'

"Kalau nasib memperbolehkan, kita pasti akan bertemu lagi."
I do hope so.

Saturday, November 12, 2011

Emosi

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. -Wikipedia

Saya harap saya tidak memiliki emosi yang berlebihan. Blame the hormones, people. Ada kalanya ketika saya berada pada satu titik dimana saya benar-benar lelah, hampir menyerah, dan berharap semua ini pointless. Dalam posisi ini, biasanya saya akan menyalahkan segala-galanya, termasuk menyalahkan diri sendiri. Saya cenderung merasa kurang, lack of competence, lack of anything. Pokoknya merasa kurang dan merasa belum cukup.

So I start forcing myself. There must be something to control my hunger, right?

Lalu ada satu titik yang lain yang merupakan negasi dari titik yang sebelumnya telah saya jelaskan, yaitu titik dimana saya berada dalam kualitas mood yang sangat bagus. Saya sangat bersemangat dan merasa bergairah seolah tak ada satupun yang dapat menghentikan kebahagiaan saya and fuck, it hurts.

Saya semestinya membiarkan diri saya 'hidup'. Namun saya seperti terus mencari sesuatu yang saya sendiri tak mengerti. I know it's not necessary to achieve it, but I do it anyway.

I need to stop. Somebody stop me.

Get Glitter Stuff - Graphics

Get Free Piczo Graphics


XOXO,
Thea.

Monday, November 7, 2011

Go away.

 Here I am, sitting in the corner of a cafe with one of their expensive spaghetti and an ice milk because I don't give a damn about the price. I just want to entertain my self so I don't sulk too much.
Yes, I do sulk. I started to envy anything and everything. Blame my friggin hormones, people.

And I'll just sit here, being all pretty just this once. And you all are not allowed to fucking judge me. Am I clear?
Because i just had bad days recently and there are moments where I feel small and unworthy, when all the things I've done are bloody pointless. Oh don't give me that look. I don't need your concern about starving children in China and such. I'm here ranting as much as I like because I need space where I can put off my goddamn smile and stop pretending to be happy. It may appear that my life's beautiful and nothing hurts but no, seriously. My life isn't easy.
I wish I were you, Thea.
That is an example of a stupid thought. I mean, it's not as beautiful as it may seems. If I were you, I would never wish that.

Anyway, it's raining (again). It's raining everyday in my town nowadays *sigh*.

Thursday, November 3, 2011

Because Dark Side Intrigues Me More

Saya selalu dibuat kagum oleh para penulis yang dapat menuangkan idenya dengan cerdik dalam bentuk cerita atau karya tulis apapun yang terkesan mempunyai arti yang dalam di balik rangkaian kata-kata yang mungkin hanya dianggap orang awam sebagai coretan lalu. Dan 'arti yang dalam' yang saya maksudkan dalam konteks ini maksudnya si penulis dapat menciptakan atmosfer gelap dan mature yang kuat.
Anggaplah sebuah karya itu memiliki jiwanya sendiri. Ambil contoh karya-karyanya Raditya Dika yang genrenya Comedy kayak Kambing Jantan. Di sini, Radith bisa memunculkan suasana santai, bahasa yang ringan, lelucon renyah, ditambah dengan bumbu-bumbu kedodolan yang dia buat sendiri. Senyum tak akan lepas dari bibirmu.
Sekarang lihat bukunya Arswendo Atmowiloto yang berjudul Kau Memanggilku Malaikat. Plotnya intens, begitu juga dengan karakternya yang mengena dan seolah selalu ingin memberitahukan pembaca akan sesuatu. Pembaca dibuat bingung, dibuat bertanya-tanya.
Gelap, suram, tanganmu mengepal, gatal ingin melakukan sesuatu untuk mengubah plotnya, untuk menjadi bagian dari cerita maupun menyumpah-serapahi si author karena telah membuat ending yang sedemikian rupa.

Saya ingin menjadi author yang seperti itu, author yang mampu mengubek-ubek emosi, yang mampu menciptakan mendung di siang hari sekalipun di hati para pembacanya. Dark, angsty, sappy.
 
XOXO,
Thea.

Long Live Due Tre Scienza!

Proudly give you some shots of my (surprisingly incredible) classmates!



Wednesday, November 2, 2011

Kembali hujan menghujam bumi




Langit di atasmu berubah kelabu. Tak terlihat lagi garis-garis keperakan yang membentuk pola awan di langit. Orang-orang bergegas untuk berteduh, bahkan burung-burung di angkasa tak mau kehujanan. Namun kau termangu dalam hening absolut di depan rumahmu, menolak perlindungan yang ditawarkan di dalam sana.
Suara rintik hujan yang jatuh bebas ke bumi secara massal menjadi satu-satunya bunyi yang dapat terdengar. Rambutmu yang panjang terawat basah. Baju seragam putih-abu yang kau kenakan juga basah. Terus kau dihujami butiran air, dan kau tak peduli.

Kau terlihat bahagia, dan kau tertawa. Tertawa karena langit telah menangis. Bahagia karena langit telah menangis bersamamu. Deru hujan tambah menjadi-jadi, seolah berteriak. Sedih yang dirasakan tumpah ruah saat itu juga tanpa bersisa. Sedih, seperti tawamu yang penuh duka.

Faktanya, langit menangis hampir setiap hari. Setelah selesai tertawa, kau akhirnya menyadari satu hal.

Langit menangisi hidupmu, bukan menangis bersamamu.

 ...kembali kau tertawa. Kali ini sambil terisak.

Monday, October 31, 2011

Go Green!

Meragu, Merayu

Surya tenggelam, dan kau masih meragu
Batinmu menjerit, namun kau tetap termangu kaku tak bergeming
Ragu masih menggerogoti ketetapan hatimu
Jangan menipu, sudah luluh lantak tembok pertahananmu
Serapuh daun kering dirimu, yang jatuh tak berdaya disambut angin

Kenapa tak kau ikuti saja kata-kata orang? Kenapa tak kau pergi saja?
Lari saja kau dari kenyataan. Bawa pergi semua keraguanmu dari hadapanku
Kesetiaanmu tak teguh. Angin telah membawamu jauh
Bersenandung mereka di balik nestapa. Kau takkan tahu
Jangan goyah hatimu. Jangan berubah
Namun kau masih terus meragu
Goyah keyakinanmu padaku; pada kita

Jangan menyerah. Jangan menyerah padaku.
Biar kita berdiam dalam keabadian, biar akhir tak pernah datang
Namun, berapa lamakah selamanya itu?
Jangan meragu. Sebab masih tegap aku di sini
Hingga esok hari
Hingga aku hilang
Hingga tak mampu inderamu menangkapku

Lucas dan Noemie, dua tokoh yang nasibnya selalu naas di tangan sutradara-sutradara gadungan di kelas saya.

‘I found her,’ he whispered. Lucas didn’t look away as their eyes met. Neither of them wanted to. Both of them stared knowingly and giggled like crazy, decided not to care about what people think about them. Among hundreds of vehicles in that street, they spoke in silence. The boy didn’t need to ask again, because he knew the answer for sure when he saw his silver rings in Noemie’s finger.

Tadaa~ barusan nyelesaiin satu cerpen. Ini endingnya, lagi pengen aja posting gitu satu paragraf. I'ma writer, remember? Penulis multi-fungsi yang maksudnya bisa nulis artikel, essay, cerpen, puisi, cerbung, fanfic, roman, whatever you called lah. Though poems aren't my league, at least I'm trying.

Anyways, kedua tokoh diatas, Lucas dan Noemie itu sebenarnya tokoh asli yang saya comot dari buku les bahasa prancis saya. Jadi, di dalam buku itu ada dialog bersambungnya gitu. Misalnya pas Lucas, Noemie ama Fluorent (aaah, lupa namanya sapa) pergi ke Gym ato ke pusat kota. 

Saya jadi inget, kalo pas bagian disuruh lanjutin cerita Lucas et Noemie ini aja langsung mendadak kelas saya jadi kelas sutradara. Kok bisa? Misalnya, cerita aslinya si Lucas lagi latihan dance, terus Noemie datang. Trus cerita berhenti di situ, terus kita-kita disuruh lanjutin ceritanya pake bahasa sendiri. Pasti nanti jadinya ngawur. 

Itu. Pasti. Lucas tiba-tiba ngajak dinner bareng lah, Noemienya tiba-tiba pingsan terus pas bangun dia amnesia lah, Lucas ketangkep basah pake rok cewek lah, Noemie terus nyeret Lucas buat beli es krim di cafetaria lah, pokoknya ceritanya itu dibuat se-enggak waras mungkin sama temen-temen saya (dan saya sendiri, tentunya). Lucas sendiripun kalo misalnya bisa protes, udah protes dari dulu dia. Kira-kira, dia akan berkata seperti ini,  "Dari kemaren kalo kalian buat lanjutan cerita, kenapa nasip saya dibuat paling ngenes sendiri? Salah saya? Salah temen-temen saya??" *jambak rambut frustrasi*
?
Oke. Fokus.

Thanks to Grandpa, yang telah mewariskan otak jurnalisnya pada saya. Tanpa beliau, mungkin saya nggak akan bisa nulis blog di sini, buat artikel di koran ini-itu, ikutin lomba essay/cerpen, ataupun belajar bahasa. Jadi,

 Saya siap untuk menulis lagi. *peluk notebook* ^w^

Once Upon A Time,

Taken by Tinus. (From Left to Right: Gita, Ona, Ashley, Icha, Thea, Heru)
Once upon a time, there lived a bunch of students in town. They loved hanging out together in several occasions. No one ever said it out loud, indeed, but they actually loved each other equally. They are best friends, afterall. But then, something changed their lives forever. Apparently, the bonds between them were not strong enough to make one stayed. They let go one by one. There were four people remained. Afraid of losing anymore, each of them promised not to ever change. 

Time goes by. They grew up. They had their own lives. They began to forget the true meaning of friendship they didn't even bother to give a damn. Busy, yes. Promises were forgotten. Well.
One day, they wouldn't even remember a single thing that ever happened between them. No, they wouldn't remember how they laughed together, how they spent new years together, how they prepared those surprise parties to those they once loved, how they mocked each other, how they managed to wear the same shirts, how they would miss each other, how they shouted congrats to those who got their-selves boy/girlfriends, how they sang songs together, how they spent half of their lives together, how they went crazy together, how they even met.
They wouldn't remember. Not even a bit, not even at all.

The end of the story.

XOXO,
Thea.

What's Right Is Not Always Nice, and What's Nice Is Not always Right.

And vice versa.

Menjaga hati, sahabatku, ku curi waktu untuk bertemu.


Menjaga hati sahabatku, ku curi waktu untuk bertemu
Rasakan perih sahabatku, membuang waktu untuk cemburu
Terbersit barang sedetik kita jauh
Hilanglah kita jatuh
Terbersit barang sedetik kita jatuh
Kau tersungkur, tersungkur, dan jauh
Lalu ku tersungkur, tersungkur, dan jauh, dan jatuh

Habiskan hati sahabatku, mencari ragu untuk dibunuh

Menangkap nyali sahabatku, mengisi jantung seakan candu
Petik sakit, percayai, sangka baik, takkan sulit
Beri, trima, senyum, hina, sakit, rasa, tawa sahabat


This song is so poetic I even decided to make it as my favorite. Apparently, this song holds a deep meaning. Friendship, of course, but it was always more than that. In this song, you and your friend were apart. You didn't have time anymore to spend it with them.
'Lalu ku tersungkur, tersungkur, dan jauh, dan jatuh..' 
God, how I wish the old days. We didn't have to be strangers. We were kids, we were wild, we were strong, we were free, we were restless! Look at us, you've changed. I've changed. I know I'm no good. I'm human, I do make mistakes. I'm afraid we can't last long, my friend. The distance between us makes us forget who we were. Who we were again?

We were friends.
Oh, and yes, we are no friends anymore. You've said it before. "One day, we're gonna hate each other, we're gonna be stranger, and when you walk by, you won't even recognize me."

Very well, then.

Sunday, October 30, 2011

Run!

Padang rumput itu luas, dan kau tak akan berhenti berlari. Menyusuri semak-semak berduri, rumput-rumput tajam menusuk, kau tak boleh peduli. Biarlah kau berlari sampai ke ujung dunia hingga kakimu patah!
Menjeritlah, kawan. Suarakan kesedihanmu hingga pita suaramu lepas, hingga rahangmu terasa kelu. Air mata terasa kering.

Kau akan berlari sampai puas hatimu! Sampai hilang keraguanmu! Sampai kembali ia dalam pelukanmu!

Om nom nom nom *drools*

Never expected a door could be this beautiful art before.




Perbedaan Itu Indah

Hitam dan Putih itu hanya beda tipis, lebih tipis dari secarik kertas usang, lebih tipis dari ujung rambut manusia.
Pada faktanya, Hitam dan Putih itu sama. Fenomena-fenomena sosial yang biasa disebut Opini Masyarakat pada akhirnya menciptakan benih-benih perbedaan yang memberikan jarak pemisah kasat mata diantara Hitam dan Putih
Jikalau Hitam dan Putih adalah dua pribadi yang bertolak belakang, maka mereka tak dapat bersatu. Begitu juga dengan Kuning, Biru, Merah, dst. Benarkah?

Namun, bukankah perbedaan itu indah?
Orang-orang cenderung menolak sesuatu yang menjadi fenomena di luar globalisasi pada umumnya, khususnya untuk hal-hal yang tidak dapat dipahami. Menjadi 'berbeda' bukanlah hal yang dapat dikatakan sebuah kesalahan. Sering kali terjadi pada orang-orang dalam golongan minoritas yang menunjukkan perilaku-perilaku yang dapat dikatakan di luar kebiasaan-kebiasaan dan norma masyarakat biasa.  Diskriminasi, jika saya dapat katakan, antara pihak yang jumlahnya lebih banyak (mayoritas) dengan pihak yang jumlahnya lebih sedikit (minoritas). Katakanlah kasus-kasus bullying  terhadap kaum-kaum penyandang cacat, homoseksual, berdarah Tionghoa, maupun orang-orang Kristen.
Acceptance, people.

Semua orang memiliki keunikannya masing-masing, dan keunikan ini tidak boleh menjadi faktor yang menyebabkan perpecahan dan perselisihan diantara umat manusia. Bermacam-macam etnis, ras, suku, agama, gender, orientasi seksual, dan lain-lain. I demand equality. Egalitarianism, or whatever you say. Semua orang hendaknya diperlakukan sama rata dan seimbang di dalam masyarakat sosial.
Differences shouldn't have been a goddamn problem. Perbedaan seharusnya tidak menjadi masalah, apalagi pemicu perselisihan, kerusuhan, dan pembunuhan. Sama halnya dengan warna, manusia adalah manusia. Lahir dari rahim seorang ibu, mati akan pergi meninggalkan raga. Perlakukanlah sesamamu seperti kau ingin diperlakukan, karena semua orang pada dasarnya sama.

Saya harap, peristiwa semacam Kerusuhan Mei pada tahun 1998 tak akan pernah terulang lagi di negeri ini.

XOXO,
Thea.

Sunday, August 28, 2011

Is this thing on?

So... Hi?
The name is Thea. My age is none of your business. I speak English, Bahasa Indonesia and French. Yes, I write things. Mostly short stories and articles. I sometimes rude, but deal with it because I don't care. Basically, things I'm gonna post in this blog is only for my personal pleasure. And oh, I don't make money from this... thing.

Enough introduction, will tell you more later.


Sincerely,
Thea.